Pada hari Sabtu 23 April 2022 PERHIMPUNAN SEKOLAH-SEKOLAH TEOLOGI di INDONESIA (PERSETIA) berkenan untuk mengunjungi SETIA Jakarta. Perkunjungan ini merupakan salah satu agenda rutin kepada seluruh anggota PESERTA dan calon anggota. Perkunjungan PERSETIA ke SETIA Jakarta dilaksanakan oleh kehadiran tiga perwakilan dari PERSETIA yaitu: Pdt. Dr. Purim Marbun (Bendahara I), Pdt. Justitia Vox Dei Hattu, Th. D (Sekretaris I) dan Pdt. Lenta Enni Simbolon, M.Div., Th.M. (Dirlak).
Pada kegiatan visitasi sekolah anggota di SETIA terdapat dua agenda: (1) Kuliah Umum oleh Pdt. Justitia Vox Dei Hattu, Th. D (Sekretaris I) dengan topik “Pandemi, Gereja dan Pendidikan Resiliensi.” (2) Pertemuan dan diskusi bersama unsur pimpinan, dosen dan staf yang dipandu oleh Pdt. Dr. Purim Marbun. Pdt. Lenta sebagai DIRLAK dalam sambutannya menuturkan bahwa kegiatan di SETIA Jakarta merupa agenda visitasi sekolah anggota yang sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2015 ketika SETIA Jakarta sedang mengalami masalah intern dan ekstern. Namun ternyata agenda ini belum bisa terlaksana pada tahun tersebut dan baru terealisasi pada April 2022.
Pada pelaksanaan KULIAH UMUM ini dilakukan secara hybrid yaitu secara onsite dan online (via ZOOM) yang dihadiri oleh seluruh Dosen, Staf dan mahasiswa dari jenjang Sarjana dan Pasca Sarjana. Pdt. Justitia dalam materinya menegaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan resiliensi adalah relasinya dengan adanya pandemic yang telah lebih dari dua tahun berlansung yang menimbulkan masalah. Masalah ini bisa mendatangkan kondisi yang buruk bagi siapapun termasuk dalam dunia pendidikan teologi. Kondisi ini bisa mendatangkan keterpurukkan bagi sekolah teologi dan termasuk di dalamnya sumber saya manusianya. Pandemi telah mengakibatkan banyak kesulitan dan masalah hidup bagi sekolah-sekolah Teologi, misalnya: keterpisahan dengan pihak rekan kerja, pihak antara dosen dan mahasiswa, mahasiswa dan mahasiswa, mahasiswa dan orang tua. Bahkan banyak SDM yang meninggal karena penyakit covid, ada juga yang mengalami krisis finansial, krisis mahasiswa baru dll. Oleh karena itu pendidikan resiliensi begitu diperlukan. Resiliensi sendiri dimaknai sebagai kapasistas daya untuk bertahan atau lebih tepatnya kapasistas daya untuk melenting (bangkit kembali) dari keterpurukkan hidup. Pdt. Justitia mengambil ilustrasi dari peristiwa bola yang dilemparkan ke bahwa dengan keras maka bola itu akan kembali naik karena adanya daya pantul dari bola tersebut. Demikianlah kiranya setia kita, termasuk seluruh sivitas akademika SETIA Jakarta. Hendaknya tidak terus berada dalam keterpurukkan, namun sebaliknya kiranya memiliki kapasistas daya lenting untuk mengadapi setia masalah yang memang akan selalu ada disepanjang kehidupan kita. Kemudian materi KULIAH umum ini diaplikasikan secara praktis oleh pengurus PERSETIA ke dalam agenda kedua yaitu pertemuan dengan unsur pimpinan, dosen dan staf. SETIA harus tetap terus berjuang dan PERSETIA siap menjadi rekan dalam perjuangan ini. Puji Syukur dan terima kasih atas pertemuan yang dapat berjalan dengan baik.